Sejarah Hidup Rasulullah Muhammad SAW

BAGIAN KETIGAPULUH: SAKIT DAN WAFATNYA NABI            (1/3)
 
Rencana ekspedisi ke Rumawi
- Pasukan Usama - Nabi mulai
sakit
- Kepergiannya ke pekuburan Muslimin - Mendoakan
syuhada Uhud
- Mengeluh sakit kepala - Demam - Menyuruh Abu
Bakr memimpin sembahyang
- perasaan mendekati ajal -
Berpulang ke rahmatullah
.
 
IBADAH haji perpisahan kini sudah selesai, dan sudah tiba
pula saatnya puluhan ribu orang yang menyertai Nabi dalam
ibadah ini akan pulang ke rumah masing-masing. Penduduk Najd
pulang mendaki dataran tinggi, penduduk Tihama ke daerah
pantai dan penduduk Yaman dan Hadzramaut serta daerah-daerah
sekitarnya menuju arah selatan. Nabi dan sahabat-sahabat pun
bertolak menuju Medinah.
 
Bila mereka sudah sampai dan menetap lagi di kota itu,
keadaan seluruh semenanjung sudah aman. Tetapi, yang masih
selalu menjadi pikiran buat Muhammad ialah soal beberapa
daerah yang masih di bawah kekuasaan Rumawi dan Persia di
daerah Syam, Mesir dan Irak. Dari pihak seluruh jazirah itu
kini sudah tidak ada apa-apa lagi. Orang secara
berbondong-bondong datang memeluk agama Allah, perutusan
datang berturut-turut ke Yathrib menyatakan kesetiaannya,
menyatakan kehendaknya bernaung di bawah bendera Islam, dan
semua orang sudah menggabungkan diri kepadanya ketika dalam
ibadah haji perpisahan itu. Raja-raja Arab dengan daerahnya
masing-masing itu betapa takkan ikhlas kepada Nabi dan
kepada agamanya, jika oleh Nabi yang ummi itu mereka
dibiarkan tetap dengan kekuasaannya dan dalam kemerdekaannya
sendiri pula! Bukankah Bad-han - Gubernur Persia di Yaman -
dibiarkannya dalam kekuasaan itu tatkala ia menyatakan
keislamannya dan lebih menyukai kesatuan wilayah Arab itu
dan membuang penyembahan api Persia? Timbulnya
gerakan-gerakan semacam pemberontakan yang diadakan oleh
beberapa orang di sepanjang jazirah, tidak sampai akan
menghanyutkan Nabi dalam pemikirannya atau akan menimbulkan
rasa kuatir dalam hati, setelah ternyata pengaruh agama baru
ini sudah tersebar ke segenap penjuru, semua wajah menghadap
hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa, kalbu beriman hanya
kepada Allah Yang Maha Esa.

Itu sebabnya, tatkala ada tiga orang yang mendakwakan diri
sebagai nabi, oleh Muhammad tidak banyak dihiraukan. Memang
ada beberapa kabilah yang berjauhan dari Mekah - begitu
mengetahui Muhammad mendapat sukses dengan ajarannya itu -
cepat-cepat pula mereka menyambut orang yang datang
mendakwakan diri nabi dari kabilah mereka itu, dengan
harapan mereka akan mendapatkan nasib seperti yang ada pada
Quraisy, meskipun kabilah-kabilah ini, karena letaknya yang
jauh dari pusat agama baru, tidak mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Akan tetapi ajakan kepada kebenaran Tuhan itu
sudah benar-benar berakar di tanah Arab. Tidak mudah orang
akan dapat melawannya. Apa yang telah dialami Muhammad demi
menyampaikan ajaran ini, beritanya sudah sampai ke
mana-mana. Kiranya takkan ada orang yang sanggup memikul
beban ini, selain putera Abdullah itu. Setiap ada orang
hendak mendakwakan diri dengan dasar kepalsuan, pasti
kepalsuan itu akan segera terbongkar. Setiap ada orang yang
mendawakan kenabian tidak pernah ia dalam nasibnya akan
mendapat sukses secara berarti.
 
Datang Tulaiha - pemimpin Banu Asad, salah seorang pahlawan
Arab dalam perang dan yang berkuasa di Najd - mendakwakan
diri, bahwa dia seorang nabi dan rasul, dan ia memperkuat
dakwaannya itu dengan membuat ramalan mengenai sebuah tempat
sumber air, ketika golongannya itu dalam perjalanan hampir
mati kehausan. Tetapi selama Muhammad masih hidup ia tidak
berani mengadakan "pemberontakan" dan baru ia mengadakan
pemberontakan itu setelah Rasulullah berpulang ke
rahmatullah. Pembangkangan Tulaiha ini oleh Khalid
bin-'l-Walid dihancurkan dan dia sendiri kembali lagi ke
pihak Muslimin dan menjadi orang Islam yang baik.
 
Juga Musailima, juga Aswad al-'Ansi, yang selama hidup Nabi,
tidak lebih baik daripada nasib Tulaiha. Musailima ini
pernah mengirim surat kepada Nabi dengan mengatakan bahwa
dia nabi, dan "Separoh bumi ini buat kami dan yang separoh
lagi buat Quraisy; tapi Quraisy adalah golongan yang tidak
suka berlaku adil."
 
Setelah surat itu dibaca kedua orang utusan Musailima itu
oleh Nabi ditatapnya, dan hendak memberikan kesan kepada
mereka, bahwa Nabi akan menyuruh supaya mereka dibunuh,
kalau tidak karena memang adanya ketentuan bahwa para utusan
harus dijamin keselamatannya. Kemudian Nabi membalas surat
Musailima dengan mengatakan ia sudah mendengarkan isi
suratnya dengan segala kebohongannya itu, dan bahwa bumi ini
kepunyaan Allah yang akan diwarisi oleh hamba-hamba yang
berbuat kebaikan. Dan salam bagi orang yang mengikut
bimbingan yang benar.
 
Adapun Aswad al-'Ansi - penguasa Yaman sesudah Bad-han
meninggal - orang ini mendakwakan sebagai ahli sihir dan
mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Karena sudah merasa
dirinya sebagai orang penting di daerah selatan, wakil
Muhammad yang di Yaman diusirnya, dan dia pergi lagi ke
Najran, anak Bad-han di sana dibunuhnya, isterinya dikawini
dan singgasana diwarisinya. Ia hendak menyebarkan
pengaruhnya di kawasan itu. Tapi bahaya ini tidak banyak
mempengaruhi pikiran Muhammad. Dalam hal ini tidak lebih ia
hanya mengutus orang kepada wakilnya1 di Yaman dengan
perintah supaya Aswad dikepung atau dibunuh. Sekali lagi
kaum Muslimin di Yaman berhasil memalcsa Aswad, dan dia
sendiri mati dibunuh isterinya sendiri sebagai balasan atas
dibunuhnya anak Bad-han suaminya yang dulu.
 
***

Sekembalinya dari ibadah haji perpisahan, pikiran dan
perhatian Muhammad tertuju ke bagian utara, sebab daerah
selatan sudah tidak perlu dikuatirkan lagi. Sebenarnya sejak
terjadinya ekspedisi Mu'ta, dan Muslimin kembali dengan
membawa rampasan perang dan sudah merasa puas pula melihat
kepandaian Khalid bin'l-Walid menarik pasukan, sejak itu
pula Muhammad sudah memperhitungkan pihak Rumawi
matang-matang. Ia berpendapat kedudukan Muslimin di
perbatasan Syam itu perlu sekali diperkuat, supaya mereka
yang dulu pernah keluar dan jazirah ini ke Palestina, tidak
kembali lagi menghasut perang dan mengerahkan penduduk
daerah itu. Oleh karena itu ia menyiapkan pasukan perangnya
yang cukup besar, seperti persiapannya yang dulu, tatkala ia
mengetahui rencana Rumawi hendak menyerbu perbatasan jazirah
itu dan dia sendiri yang memimpin pasukan sampai di Tabuk.
Tetapi waktu itu pihak Rumawi sudah menarik pasukannya
sampai ke perbatasan dalam negeri dan ke dalam benteng
mereka sendiri. Sungguh pun begitu daerah utara ini harus
tetap diperhitungkan, kalau-kalau kenangan lama - di bawah
lindungan Kristen dan pihak yang merasa berkuasa di bawah
Imperium Rumawi waktu itu - akan bangkit kembali dan
mengumumkan perang kepada pihak yang pernah mengeluarkan
orang-orang Nasrani di Najran dan di luar Najran di bilangan
Semenanjung Arab itu.

Oleh karena itu, selesai ibadah haji perpisahan di Mekah,
belum lama lagi kaum Muslimin tinggal di Medinah, Nabi
mengeluarkan perintah supaya menyiapkan sebuah pasukan besar
ke daerah Syam, dengan menyertakan kaum Muhajirin yang
mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar. Pasukan ini dipimpin
oleh Usama b. Zaid b. Halitha. Usia Usama waktu itu masih
muda sekali, belum melampaui duapuluh tahun. Kalau tidak
karena terbawa oleh kepercayaan yang teguh kepada
Rasulullah, pimpinan Usama atas orang-orang yang sudah lebih
dahulu dan atas kaum Muhajirin serta sahabat-sahabat besar
itu, tentu akan sangat mengejutkan mereka. Tetapi
ditunjuknya Usama b. Zaid oleh Nabi dimaksudkan untuk
menempati tempat ayahnya yang sudah gugur dalam pertempuran
di Mu'ta dulu, dan akan menjadi kemenangan yang dibanggakan
sebagai balasan atas gugurnya ayahnya itu, di samping
semangat yang akan timbul dalam iiwa pemuda-pemuda, juga
untuk mendidik mereka membiasakan diri memikul beban
tanggungjawab yang besar dan berat.

Muhammad memerintahkan kepada Usama supaya menjejakkan
kudanya di perbatasan Balqa' dengan Darum di Palestina,
tidak jauh dari Mu'ta tempat ayahnya dulu terbunuh, dan
supaya menyerang musuh Tuhan itu pada pagi buta, dengan
serangan yang gencar, dan menghujani mereka dengan api. Hal
ini supaya diteruskan tanpa berhenti sebelum berita sampai
lebih dulu kepada musuh. Apabila Tuhan sudah memberi
kemenangan, tidak usah lama-lama tinggal di tempat itu.
Dengan membawa hasil dan kemenangan itu ia harus segera
kembali.

Sekarang Usama dan pasukannya berangkat ke Jurf (tidak jauh
dari Medinah). Mereka mengadakan persiapan hendak berangkat
ke Palestina. Tetapi, dalam pada mereka sedang bersiap-siap
itu tiba-tiba Rasulullah jatuh sakit, dan sakitnya makin
keras juga, sehingga akhirnya tidak jadi mereka berangkat.
 
Bisa jadi orang akan bertanya: Bagaimana sebuah pasukan yang
persiapan dan keberangkatannya diperintahkan oleh
Rasulullah, tidak jadi berangkat karena dia sakit? Ya,
Perjalanan pasukan ke Syam yang akan mengarungi sahara dan
daerah tandus selama berhari-hari itu bukan soal ringan, dan
tidak pula mudah buat kaum Muslimin - dengan Nabi yang
sangat mereka cintai melebihi cinta mereka kepada diri
sendiri - akan meninggaIkan Medinah sedang Nabi dalam
keadaan sakit, dan yang sudah mereka sadari pula apa
sebenarnya dibalik sakitnya itu. Ditambah lagi mereka memang
belum pernah melihat Nabi mengeluh karena sesuatu penyakit
yang berarti. Penyakit yang pernah dideritanya tidak lebih
dari kehilangan nafsu makan yang pernah dialaminya dalam
tahun keenam Hijrah, tatkala ada tersiar berita bohong bahwa
ia telah disihir oleh orang-orang Yahudi, dan satu penyakit
lagi yang pernah dideritanya sehingga karenanya ia berbekam,
yaitu setelah termakan daging beracun dalam tahun ketujuh
Hijrah. Cara hidupnya dan ajaran-ajarannya memang jauh dari
gejala-gejala penyakit dan akibat-akibat yang akan timbul
karenanya. Dalam membatasi diri dalam makanan, dan makannya
yang hanya sedikit; kesederhanaannya dalam berpakaian dan
cara hidup; kebersihannya yang dipeliharanya luar biasa
dengan mengharuskan wudu yang sangat disukainya, sampai
pernah ia berkata: kalau tidak karena kuatir akan
memberatkan orang ia ingin mewajibkan penggunaan siwak2 lima
kali sehari, - kegiatannya yang tiada pernah berhenti,
kegiatan beribadat dari satu segi dan kegiatan olah-raga
dari segi lain, kesederhanaan dalam segalanya - terutama
dalam kesenangan; keluhurannya yang jauh dari segala hawa
nafsu, dengan jiwa yang begitu tinggi tiada taranya;
komunikasinya dengan kehidupan dan dengan alam dalam
bentuknya yang sangat cemerlang, dan tiada putusnya, - semua
itu menjauhkan dirinya dari penyakit dan dapat memelihara
kesehatan. Bentuk tubuh yang sempurna tiada cacat, perawakan
yang tegap kuat, seperti halnya dengan Muhammad, akan jauh
selalu dari penyakit.
 
Jadi kalau sekarang ia jatuh sakit, wajar sekali menjadi
kekuatiran sahabat-sahabat dan orang-orang yang
mencintainya.
 
Wajar sekali mereka merasa kuatir, menyatakan betapa ia
pernah mengalami kesulitan dan penderitaan hidup selarna
duapuluh tahun terus-menerus. Sejak ia terang-terangan
berdakwah di Mekah mengajak orang menyembah Allah Yang tiada
bersekutu dan meninggalkan semua berhala yang pernah
disembah nenek-moyang mereka, ia sudah mengalami pahit
getirnya penderitaan-penderitaan yang sungguh menekan jiwa,
sehingga ia terpisah dari sahabat-sahabatnya yang kemudian
disuruhnya hijrah ke Abisinia, dan dia sendiri yang terpaksa
berlindung di celah-celah gunung tatkala pihak Quraisy
mengumumkan pemboikotannya. Juga ketika ia berangkat hijrah
dari Mekah ke Medinah - setelah Ikrar 'Aqaba - ia hijrah
dalam keadaan yang gawat dan sangat berbahaya, ia hijrah
tanpa ia ketahui lagi apa yang akan terjadi terhadap dirinya
di Medinah kelak. Pada tahun-tahun pertama ia tinggal di
sana, ia telah menjadi sasaran kongkalikong dan intrik
orang-orang Yahudi.
 
Kemudian, dengan adanya pertolongan Tuhan orang di seluruh
jazirah itu datang berbondong-bondong menerima agama ini,
tugas dan pekerjaannya telah bertambah jadi berlipat ganda
banyaknya dan untuk penjagaannya sangat memerlukan tenaga
dan daya upaya yang sungguh berat. Begitu juga Nabi a.s.
telah menghadapi sendiri beberapa peperangan yang sungguh
dahsyat dan mengerikan sekali. Mana pula saat yang lebih
mengerikan daripada peristiwa Uhud, ketika kaum Muslimin
dalam keadaan kucar-kacir, ia berJalan mendaki gunung,
dengan terus-menerus secara ketat diintai oleh Quraisy,
dihujani serangan sehingga gigi gerahamnya pecah! Mana pula
saat yang lebih dahsyat kiranya daripada peristiwa Hunain,
ketika kaum Muslimin dalam pagi buta itu kembali mundur dan
lari tunggang-langgang, sehingga kata Abu Sufyan: Hanya laut
saja yang akan menghentikan mereka. Sedang Muhammad berdiri
tegak, tidak beranjak surut dari tempatnya, seraya ia
berseru kepada kaum-Muslimin: Mau ke mana, mau ke mana!
Kemarilah kemari! Kemudian mereka kembali sampai mendapat
kemenangan. Tugas risalah! Tugas wahyu! Dan itu daya upaya
rohani yang sungguh meletihkan dalam komunikasi yang
terus-menerus dengan rahasia alam nurani dan alam Ilahi. Itu
daya upaya, yang oleh karenanya pernah diceritakan tentang
Nabi yang berkata, "Suruh Hud dan yang semacamnya membuat
aku jadi tua."3
 
(bersambung 2/3)


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komen dgn kalimat yg sopan ya..

 

Popular Posts

Untuk melihat profil, taruh kursor di atas photoku

Follower

Just select text on the page and get instant translation from Google Translate!
Google Translate Client